BOEDI OETOMO: AWAL BANGKITNYA KESADARAN BANGSA
1. PERISTIWA MENGEJUTKAN
Peristiwa itu benar-benar mengejutkan. Tak urung membuat Mr. Conrad Theodore Van Deventer tersentak serasa tak mempercayainya hingga ia menyebut peristiwa itu bagai buah keajaiban (wonder). Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu pukul 9 pagi tanggal 20 Mei 1908 di aula STOVIA. Sembilan anak muda siswa STOVIA yang penuh semangat dan bersepakat bulat untuk merapatkan barisan dalam sebuah organisasi bentukan mereka yang banyak membuat orang tersentak “ Boedi Oetomo “. Kesembilan pemuda itu adalah Soetomo, Muhammad Saleh, Soeradji,Soelaeman, Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, Angka Prodjosoedirdjo, M. Soewarno dan Goembreg. Kesembilan pemuda tersebut berani melakukan pendobrakan untuk mencoba memperbaiki kondisi pendidikan pribumi yang menyedihkan untuk menggapai kemajuan. Nama Boedi Oetomo merupakan inspirasi Soeradji yang diambil dari ucapan terakhir Soetomo kepada Wahidin Soedirohoesodo saat berpamitan ketika akan melanjutkan kembali kampanye studiefonds-nya. Makna Boedi Oetomo kerap diartikan sebagai usaha bagus atau usaha mulia. Tujuan jangka dekat Boedi Oetomo pada waktu itu adalah memberikan perhatian pertama pada unsure pribumi dalam masyarakat Jawa, dengan harapan kelak di kemudian hari melihat organisasi tumbuh menjadi perhimpunan yang lebih universal sehingga akan menciptakan persaudaraan nasional tanpa pandang suku, kelamin, atau kepercayaan. Kelahiran Boedi Oetomo memeng mengejutkan dan berbagai tanggapan pun segera meluncur karenanya. Banyak kalangan yang memandang sebelah mata organisasi ini. Tanggapan yang agak melegakan justru dating dari para pemuka golongan etis. Mereka justru sangat menaruh harapan karena mengingat tujuan mendapatkan pendidikan yamg lebih baik bagi masyarakat tercantum dalam cita-cita yang hendak diraih Boedi Oetomo.
2. GAGASAN AWAL HINGGA TERBENTUKNYA.
Terbentuknya Boedi Oetomo sebenarnya merupakan gagasan dari Dr. Wahidin Soedirohusoedo yang merasa prihatin dengan masalah pendidikan di Hindia –Belanda pada saat itu. Wahidin yakin, masyarakat Jawa akan dapat bangkit meraih kegemilangannya kembali jika mendapatkan pendidikan modern dengan tidak melupakan akar budayanya selaku bangsa Jawa. Gagasan Wahidin mengesankan Soetomo dan kawan-kawan STOVIAnya. Mereka merasa perlu minindaklanjuti gagasan Wahidin menjadi aksi nyata. Dalam penggodokan selanjutnya Soetomo dan kawan STOVIAnya mewujudkan gagasan Wahidin tersebut dalam organisasi Boedi Oetomo.
3.USAHA AWAL MEMBESARKAN BOEDI OETOMO
Usaha-usaha awal yang dilakukan oleh Soetomo dan kawan-kawannya cukup berhasil. Terbukti saat pengumuman berdirinya Boedi Oetomo,banyak sekolah yang menyatakan akan mendirikan cabang Boedi Oetomo di sekolahnya masing-masing. Para pengurus Boedi Oetomo juga mendekati para priyayi tinggi yang mereka pandang mempunyai kepedulian tinggi terhadap nasib pribumi dan telah tergugah hatinya untuk melakukan perbaikan. Boedi Oetomo berencana akan mengadakan Kongres pertamanya di Yogyakarta. Berbagai usulan muncul sebelum pelaksanaan kongres. Diantaranya dari golongan muda yang menginginkan agar Boedi Oetomo menjadi organisasi yang berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapi rakyat pribumi demi kemajuan bersama. Sedangkan golongan tua menginginkan agar kepengurusan Boedi Oetomo ada ditangan kaum tua dan tetap berjalan dalam batas-batas yang ditolerir pemerintah.
4. KONGRES BOEDI OETOMO PERTAMA DAN DAMPAKNYA
Kongres pertama Boedi Oetomo yang berlangsung pada tanggal 3 dan 4 Oktober 1908 dipenuhi perdebatan yang panas. Perdebatan itu terjadi antara kelompok radikal yang dimotori oleh Tjipto Mangoenkoesoemo dengan kelompok kondervatif yang merupakan suara mayoritas organisasi. Jika Wahidin,Rajiman, dan mayoritas peserta kongres menghendaki Boedi Oetomo sebagai organisasi pendidikan dan kebudayaan, Tjipto Mangoenkoesoemo dengan tegas dan lugas berusaha keras menjadikan Boedi Oetomo sebagai partai politik.
5. PENGARUH-PENGARUH
D.van Hinloopen Labberton adalah seorang kiai yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran Soetomo dkk. Sebelum pelaksanaan kongres pertama Boedi Oetomo, D.van Hinloopen Labberton mengadakan ceramah atas nama himpunan Teosofi Hindia Belanda. Ceramah ini dinilai penting karena turut mewarnai kiprah Boedi Oetomo pasca kongres pertama. Ceramah Labberton yang berbahasa Melayu seakan menjadi ide munculnya bahasa pemersatu bagi anggota-anggota Boedi Oetomo.
6. KONFLIK DAN PERMASALAHAN YANG MENGEMUKA
Terjadinya perbedaan pendapat antara kaum muda dan kaum tua memicu terjadinya konflik. Kaum tua menginginkan pendidikandimulai dari atas,sedangkan kaum tua menginginkan pendidikan dimulai dari bawah. Boedi Oetomo terpecah menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama menganjurkan agar Boedi Oetomo menjadi organisasi politik,sedangkan satu kelompok lainnya menghendaki agar Boedi Oetomo memperluas perhatiannya sehingga meliputi seluruh bangsa Hindia. Selain masalah pertentangan pendapat yang kian memanas,Boedi Oetomo juga dilanda kesulitan keuangan untuk menjalankan organisasi.
7. KONGRES BOEDI OETOMO KEDUA DAN DAMPAKNYA
Kongres kedua berlangsung pada tanggal 10 hingga 11 Oktober 1909 di gedung Mataram Yogyakarta. Secara umum kongres kedua berjalan “kering” dan “hambar”. Tidak seperti kongres pertama yang bergairah dan bersemangat menggebu-gebu,banyak gagasan yang mengejutkan dan bebasnya mengeluarkan pendapat. Namun dari hasil kongres kedua tersebut sdapat diketahui bahwa sifat dan watak Boedi Oetomo. Haluan Boedi Oetomo adalah moderat dan kecil kemungkinan bagi Boedi Oetomo akan melakukan penentangan atau permusuhan terhadap pemerintah. Terlebih-lebih sosok-sosok radikal tak lagi berada di dalam organisasi setelah Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soejodipoetro mengundurkan diri.
8. USAHA-USAHA BOEDI OETOMO
Usaha-usaha yang dilakukan Boedi Oetomo selanjutnya yaitu menerbitkan surat kabar sebagai suara resmi organisasi. Antara lain Majalah “Boedi Oetomo”,Majalah Goeroe Desa, dan surat kabar Darmo Kondo. Boedi Oetomojuga mendirikan sebuah organisasi beasisw dengan tujuan amal yang dinamakan Darmo Woro dan telah diakui pemerintah. Sesuai peruntukkannya, beasiswa ini diberikan kepada murid yang dikenal pandai agar bisa meneruskan pendidikannya.
9. PERUBAHAN SIKAP BOEDI OETOMO
Selama 5 tahun sejak kelahirannya, sikap Boedi Oetomo terhadap pemerintah tampak “mengambang”, antara kooperatif atau non kooperatif. Boedi Oetomo seakan menjejakkan kedua kakinya di dua tempat,satu di kaki pemerintah dan satu kaki lainnya di pergerakan nasional. Saat terjadi Perang Dunia 1, pemerintah Belanda menggagas untuk membentuk milisi pribumi. Atas gagasan tersebut Boedi Oetomo mengusulkan agar bangsa Jawa akan memihak pada pemerintah dalam berperang melawan penyerbu yang mungkin datang. Boedi Oetomo mendukung penuh masalah milisi ini. Akibatnya banyak kritikan pedas yang dialamatkan pada Boedi Oetomo dengan menyatakan milisi sesungguhnya hanyalah sarana bagi Belanda untuk menguatkan dan mengekalkan kekuasaannyadi Hindia-Belanda. Namun kritik keras dan tuduhan itu berusaha dibantah Boedi Oetomo.
10. COMITE INDIE WEERBAAR HINGGA VOLKSRAAD
Meski semula milisi merupakan masalah yang ramai dibahas, namun dengan cepat bahasan itu beralih pada perlunya dibentuk perwakilan rakyat di Hindia –Belanda. Tuntutan agar rakyat berparlemen itu pun kian santer disuarakan. Langkah Boedi Oetomo yang telah mengalami perubahan corak perjuangannya kian dalam memasuki ranah politik. Boedi Oetomo ikud memperjuangkan agar dibentuk parlemen. Usaha dan perjuangan yang dilakukan Boedi Oetomo pun berhasil. Keberhasilan Boedi Oetomo hingga akhirnya Volksraad terbentuk merupakan prestasi yang luar biasa bagi organisasi tersebut. Boedi Oetomo pun merasa pengaruhnya kian kuat di Hindia-Belanda.
11. KIPRAH BOEDI OETOMO SELANJUTNYA
BOEDI OETOMO dengan segala kekurangan dan kelebihannya telah mewarnai pergerakan nasional Indonesia sejak kelahirannya hingga akhinya tamat riwayatnya dengan bergabungnya Boedi Oetomo dengan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dan membentuk Partai Indonesia Raya (Parindra). Banyak ketidakpuasan melihat organisasi itu yang memperlihatkan sikap “manisnya” kepada pemerintah kolonial. Namun Boedi Oetomo lantas berdiri di barisan terdepan dalam menuntut rakyat berparlemen. Volksraad (dewan rakyat)pun akhirnya terbentuk meski fungsi sesungguhnya bukanlah dimaksudkan untuk pembuat undang-undang Negara. Namun demikian pembentukan Volksraad dianggap oleh sebagian besar orang Belanda sebagai langkah maju dalam perjuangan untuk mendapatkan otonomi Hindia-Belanda. Boedi Oetomo pun melanjutkan kiprahnya bukan sebagai organisasi kebudayaan dan pendidikan melainkan sebagai organisasi politik. Hingga berakhir riwayatnya, Boedi Oetomo tidak pernah mendapat dukungan massa secara meluas yang lebih dikarenakan keinginan anggota-anggota Boedi Oetomo untuk merangkul massa selain kaum Jawa terpelajar. Boedi Oetomo tetap juga menjaga kenetralannya dalam hal agama. Meski demikian, benih-benih semangat nasional yang pertama telah tumbuh dalam Boedi Oetomo yang kemudian bertunas dalam tubuh Indische Partij dan Sarekat Islam. Oleh karenanya, Boedi Oetomo dapat dipandang sebagai induk pergerakan nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar